Masa perundagian merupakan
masa perubahan besar dalam hasil-hasil kebudayaan.
Pada masa perundagian ini,
manusia Indonesia telah banyak menciptakan hasil-hasil kebudayaan, terutama
yang berwujud benda atau alat- alat dengan teknologi tinggi.
Pada masa perundagian
ini, orang-orang Indonesia mengembangkan teknologi yang tinggi dalam mengolah
sumber daya alam.
Masa perundagian yang dibagi
ke dalam tiga zaman yaitu:
- Zaman Tembaga,
- Zaman Perunggu dan
- Zaman Besi
Tetapi telah kita ketahui bahwa di Asia Tenggara,
khususnya Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga.
Hal ini dibuktikan
dengan tidak ditemukannya artefak-artefak yang dibuat dari tembaga.
Masa
perundagian dibagi menjadi 2, yaitu:
- Zaman Perunggu dan
- Zaman Besi
Pada zaman perunggu,
orang-orang Indonesia banyak menghasilkan benda atau alat-alat yang menggunakan
teknologi tinggi.
Berkembangnya teknologi pada zaman perunggu ini karena
ditemukannnya penemuan-penemuan baru, yaitu:
- Teknik Peleburan,
- Pencampuran, Penempaan dan
- Pencetakan jenis-jenis logam
Di Indonesia zaman logam
tersebut dikenal dengan zaman perunggu.
Kepandaian untuk menggunakan
barang-barang logam harus dikuti dengan kepandaian teknis tentang cara-cara
pengerjaan bahan-bahan logam tersebut.
Benda-benda perunggu itu
ditemukan di Indonesia menunjukkan adanya persamaan dengan penemuan di Dongson,
yakni mengenai bentuk dan ragam hiasnya.
Dari kesamaan tersebut kemudian
menimbulkan dugaan, bahwa dalam hal pengembangan budaya perunggu di Indonesia
terdapat hubungan dengan di Dongson (Vietnam).

Hal ini didukung oleh pendapat
bahwa kebudayaan perunggu berasal dari daratan Asia yang disebut kebudayaan
Dongson.
Pada masa ini seni kerajinan muncul dalam bentuk perhiasan,
benda-benda upacara, dan benda-benda keperluan sehari-hari. Bahan yang
digunakan untuk kerajinan itu adalah batu, kulit, kerang, tanah liat, perunggu,
besi, emas, dan kaca.
Dari bahan-bahan yang berbeda itu, menunjukkan adanya
perbedaan tingkat teknologi pembuatannya dan tingkat keterampilan pembuatannya.
Semula teknologi pembuatan alat-alat keperluan sehari-hari tersebut dilakukan
dengan cara pengurangan.
Kemudian berkembang dengan teknologi penambahan dan
percampuran, misalnya dalam pembuatan gerabah dan teknik tuang logam.
Jenis perhiasan yang dikenal
pada masa itu adalah gelang, bandul kalung, dan manik-manik.
Adapun benda-benda
upacara berupa nekara, kapak perunggu, senjata besi, dan gerabah.
Tentu saja
benda-benda itu tidak hanya mempunyai fungsi estetis dan religius saja.
Akan
tetapi, juga dapat berfungsi praktis,
seperti untuk alat tukar dan alat bantu kegiatan manusia sehari-hari.
Nekara sebagai hasil dari seni
kerajinan, mempunyai bentuk unik dengan pola hias yang kompleks.
Bentuk nekara
umumnya tersusun dalam tiga bagian.
Bagian atas terdiri dari bidang pukul datar
dan bagian bahu dengan pegangan.
Bagian tengah merupakan merupakan silinder dan
bagian bawah berbentuk melebar. Pola hias yang terdapat di nekara ini pada
umumnya berbentuk pola hiasgeometrik dengan beberapa variasinya, misalnya pola
hias tersusun, pola hias lilin, dan pola hias topeng. Nekara perunggu yang berukuran
kecil dan ramping disebut moko atau mako.
Benda-benda perunggu lainnya
yang termasuk dalam seni kerajinan adalah kapak perunggu.
Bentuk kapak ini
bermcam-macam, seperti jenis ekor burung seriti, jenis pahat bertangkai, dari
Sumatera, Jawa, Sulawesi, Selayar, Bali, flores, Maluku, Timor-Timur sampai
Irian Jaya.
Di antara semua temuan kapak itu terdapat kapak yang mempunyai pola
hias yang sangat indah.
Pola hias yang terdapat dalam kapak yang ditemukan di
Pulau Roti, berbentuk topeng dengan tutup kepala yang menyerupai kipas. Begitu juga kapak jenis
candrasa yang ditemukan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur memiliki
pola hias geometrik pilin, garis-garis, dan pola tangga.
Pada masa perundagian telah banyak hasil-hasil kebudayaan yang bernilai tinggi. Hasil-hasil kebudayaan yang terdapat pada masa ini berwujud ide atau gagasan, norma-norma atau peraturan, dan aktivitas sosial maupun wujud kebendaan. Berbagai hasil-hasil kebudayaan yang diwujudkan ke dalam tiga bentuk tersebut dapat kita temukan. Dari keseluruhan hasil-hasil kebudayaan pada masa perundagian, sebagaian besar hasil-hasil tersebut berwujud benda-benda berupa alat-alat. Sedikit sekali hasil kebudayaan pada masa ini yang berwujud norma dan peraturan.
Banyaknya hasil-hasil
kebudayaan masyarakat pada masa perundagian berwujud benda yang terdiri dari
berbagai macam alat-alat disebabkan karena pada masa perundagian ini manusia
telah mengenal teknologi yang lebih bersifat modern dan memiliki keahlian untuk
membuat alat-alat tersebut. Pada masa perundagian kemahiran membuat alat-alat
semakin berkembang sebagai akibat terjadinya golongan-golongan dalam masyarakat yang bertugas secara khusus
membuat alat-alat. Pada masa perundagian, teknologi pembuatan benda-benda makin
meningkat, terutama setelah ditemukannya campuran antara timah dan tembaga yang
mengahasilkan logam perunggu.
Di Indonesia penggunaan logam
perunggu mulai digunakan beberapa abad sebelum masehi. Berdasarkan
temuan-temuan arkeologik, Indonesia hanya mengenal alat-alat yang dibuat dari
perunggu dan besi. Benda-benda perunggu yang ditemukan di Indonesia menunjukan persamaan
dengan temuan-temuan di Dongson (Vietnam),
baik bentuk maupun pola hiasannya. Hal ini menimbulkan dugaan tentang adanya
hubungan budaya yang berkembang di Dongson dengan di Indonesia.
Teknik pembuatan benda-benda perunggu ada dua macam, yaitu:
- Cetakan setangkup (bivalve) dan
- Cetak lilin (a cire perdue).
Cetakan setangkup, yaitu cara menuangkan dengan membuat cetakan dari batu. Teknik ini dilakukan untuk benda-benda yang tidak mempunyai bagian- bagian yang menonjol.
No comments:
Post a Comment