Pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan ternyata telah menghasilkan budaya yang belum ada pada
masa sebelumnya, seperti lukisan-lukisan di dinding di gua-gua tempat tinggal
mereka atau di dinding karang.

Di luar Indonesia, seni lukis yang berupa lukisan-lukisan
di dinding- dinding karang atau gua-gua ditemukan di Eropa, misalnya di negara
Prancis, Afrika, Australia.
Di tempat-tempat tersebut seni lukis berasal dari
masa yang lebih tua daripada yang ditemukan di Indonesia.
Di Indonesia seni
lukis adalah suatu hasil budaya yang baru dicapai pada masa berburu tingkat
lanjut dan ditemukan tersebar di daerah Sulawesi selatan, kepulauan Maluku dan
Irian.
Penemuan lukisan dinding gua
di daerah Sulawesi selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M. Heren-Palm dalam tahun 1950.
Di
dalam gua tersebut ditemukan cap-cap tangan dengan jari-jarinya direntangkan
dengan ditaburi cat merah.
Di gua tersebut Van
Heekeren juga menemukan lukisan
seekor babi rusa yang sedang melompat dengan panah di bagian jantungnya. Barangkali
lukisan tersebut dimaksudkan sebagai suatu harapan agar mereka berhasil dalam
berburu di hutan. Babi rusa tadi digambarkan dengan garis-garis warna merah.
Di tempat-tempat lain lukisan
pada dinding-dinding karang atau gua-gua juga menggunakan cat warna merah,
hitam atau putih.
Sumber inspirasi dari lukisan-lukisan tersebut adalah cara
hidup mereka pada masa itu yang tergantung pada alam sekelilingnya, yaitu
berburu dan mengumpulkan makanan.
Dengan demikian, lukisan tersebut
menggambarkan kehidupan sosial ekonomik dalam kepercayaan masyarakat waktu itu.
Di dalam lukisan-lukisan prasejarah pada dinding- dinding gua itu mengandung
nilai-nilai estetika dan magis yang bertalian dengan totem dan upacara-upacara
yang belum diketahui dengan jelas.
Cap-cap tangan dengan dasar
warna merah, mungkin mengandung arti kekuatan atau simbol kekuatan pelindung
untuk mencegah roh-roh jahat.
Adapun cap tangan dengan jari yang tidak lengkap
dianggap sebagai tanda adat berkabung.
Ada anggapan dari kalangan para ahli bahwa
lukisan-lukisan itu juga mengandung maksud sebagai upacara penghormatan
terhadap nenek moyang, upacara kesuburan, untuk meminta hujan dan sebagainya.
Kecuali lukisan-lukisan pada dinding-dinding karang, alam kepercayaan pada masa itu terlihat juga dalam upacara penguburan mayat.
Bukti-bukti tentang penguburan ditemukan di gua Lawa (Sampung), di gua Sodong dan di bukit kerang di Sumatera Utara. Di antara mayat-mayat itu ada yang ditaburi dengan cat-cat merah yang berupa butiran. Diduga bahwa cat-cat merah ini berhubungan dengan suatu upacara penguburan, dengan maksud memberikan kehidupan baru di alam baka.
No comments:
Post a Comment